Kamis

Kuncup yang Layu

Ada senyum merah muda tertutup mendung. Sebuah raut wajah yang ayu jatuh ke bawah ilalang dengan layu. Tak lagi purnama yang ditunggu datang. Tak lagi terbang burung kenari dari dahan cemara.

Pernah ada wanita yang sabar menunggu datangnya kapal dalam sebuah pelabuhan. Satu detik, satu menit, satu jam, berlalu sampai berhari-hari. Senyum merah mudanya pernah merekah di atas sepucuk surat yang harum. Menanti munculnya pucuk kamboja dalam amplop surat yang harum itu. Tapi lelah.

Dalam penantiannya yang tak lagi dihargai, wanita dengan senyum merah muda, hanya sebatas menanti tanpa ambisi seseorang datang padanya untuk kembali.

Beberapa tahun kemudian, tak lagi terdengar bagaimana kisah penantian wanita dengan senyum merah muda. Hanya beberapa suara bising yang tergantikan pada tepian pelabuhan, dan hilir mudik manusia-manusia masygul yang skeptis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar